KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidik dan Metode Pendidikan dalam Hadis” dengan lancar. Dalam penulisan makalah ini kami tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada Bapak Ahmad Gunawan, S.Ag., MM. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Pendidikan Islam, dan semua pihak yang telah membantu selesainya penyusunan makalah ini. Kami sadar
bahwa sebagai manusia tentu mempunyai kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena
itu kami selaku penulis makalah ini mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca
yang budiman pada umumnya.
Tangerang,
April 2019 Iqbal Maulana |
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Syarat-Syarat Pendidik ....................................................... 3
B. Sifat-Sifat Pendidik
............................................................ 6
C. Macam-Macam Metode Pendidikan Islam ......................... 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................... 8
B. Saran .................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Secara umum,
pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara
itu secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif maupun
psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Selain
pendidik hal yang terpenting lainnya adalah metode mengajar. Metode merupakan
cara yang dapat digunakan oleh pendidik (guru) dalam menyampaikan materi pembelajaran
kepada peserta didik. Dalam bahasa Arab metode disebut dengan al-tariqah.
Kata ini selain diartikan kepada metode, ia juga diartikan kepada jalan. Dengan
demikian metode dapat pula diartikan kepada suatu jalan yang dapat ditempuh
dalam menyampaikan materi pelajaran.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa sajakah syarat-syarat seorang
pendidik??
2. Bagaimana sifat yang harus dimiliki oleh
seorang pendidik?
3. Apa sajakah macam-macam metode pendidikan?
C. Tujuan
Masalah
1. Untuk memahami syarat-syarat seorang
pendidik
2. mengetahui sifat-sifat yang harus dimiliki
oleh seorang pendidik
3. Untuk mengetahui macam-macam metode
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syarat-Syarat
Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab
membimbing anak untuk mencapai tujuan pendidikan, syarat pendidik yang peratama, yaitu beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, pendidik terlebih dahulu harus
beriman[1].
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW
yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad.
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ
عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِى قَلَ قُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ قُلْ لِى فِى الاِسْلَامِ
قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِااللهِ
فَاسْتَقِمْ (روه مسلم و احمد)
Artinya: “Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi
meriwayatkan bahwa ia berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, katakanlah
kepada saya sesuatu tentang Islam yang tidak akan saya tanyakan kembali sesudah
engkau.” Nabi berkata, “Katakanlah, ‘Saya beriman kepada Allah’, lalu
tetapkanlah pendirianmu.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Hadis ini menunjukkan bahwa iman kepada
Allah dan istiqomah dengan pengakuan keimanan itu merupakan suatu hal yang
sudah cukup dan memadai bagi seseorang muslim. Oleh karena itu, para pendidik
harus berusaha agar peserta didik memiliki iman yang kuat dan teguh pendirian
dalam melaksanakan tuntutan iman tersebut. Segala aktivitas kependidikan
diarahkan menuju terbentuknya pribadi-pribadi yang beriman. Apabila yang
diinginkan adalah peserta didik yang beriman kepada Allah, maka terlebih dahulu
pendidik harus beriman. Tidak mungkin orang yang tidak beriman mampu membina
orang menjadi beriman.
Kedua, pendidik harus berilmu. Ibnu Hajar Menjelaskan
bahwa hadis ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang
bodoh, peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang
benar-benar mengetahui, dan larangan bagi orang yang berani mengeluarkan fatwa
tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan[2].
Ketiga, pendidik harus
mengamalkan ilmunya. Selain berilmu, pendidik harus mengamalkan ilmunya.
Berkaitan dengan ini terdapat hadis Rasulullah SAW, yang artinya: Usamah
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “seseorang akan didatangkan pada
hari kiamat dan dilemparkan ke neraka. Usus-ususnya keluar di neraka. Ia pun
berputar sebagimana berputarnya keledai di penggilingan. Para penghuni neraka
berkumpul dan bertanya kepadanya, ‘Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah
engkau dahulu memerintahkan kami untuk melakukan perbuatan yang ma’ruf dan
melarang kami dari perbuatan mungkar?’ Ia menjawab, ‘Dahulu aku memerintahkan
kalian perbuatan ma’ruf tetapi aku tidak melakukannya dan aku melarang kalian
perbuatan mungkar tetapi aku mengerjakannya’”
Keempat, pendidik harus
adil. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi
menegaskan agar pendidik harus memiliki sifat-sifat keadilan, kesucian, dan
kesempurnaan. Keadilan pendidik terhadap peserta didik mencakup dalam berbagai
hal, seperti memberikan perhatian, kasih sayang, pemenuhan kebutuhan, bimbingan
pengajaran, dan pemberian nilai. Apabila sifat ini tidak dimiliki oleh seorang
pendidik, maka ia tidak akan disenangi oleh peserta didiknya; dan apabila
terjadi proses pembelajaran, maka tidak akan mendapatkan hasil yang optimal.[3]
Kelima, pendidik harus
berniat ikhlas. Ibnu hajar menjelaskan bahwa setiap amal harus disertai dengan
niat. Menurut Al-Khauyi, seakan-akan Rasulullah SAW memberi pengertian bahwa
niat itu bermacam-macam sebagaimana perbuatan. Seperti orang yang melakukan
perbuatan dengan motivasi ingin mendapat ridha Allah dan apa yang dijanjikan
kepadanya atau ingin menjauhkan diri dari ancaman-Nya. Ikhlas menurut muhammad Husain berarti
jernih. Dengan kata lain ikhlas adalah seseorang yang fikiran, perbuatan dan
ucapan sejalan dengan apa yang terdapat di dalam Al-Qur’an maka ia adalah orang
yang ikhlas kepada Allah SWT. Niat yang benar adalah keinginan dalam hati
dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mendapatkan keridhaan-Nya[4].
Keenam, pendidik harus
berlapang dada. Berlapang dada adalah sikap tidak mudah marah dan apabila marah
dapat mengendalikan diri secara normal. Sikap lapang dada jauh dari kedengkian akan
mewujudkan keseimbangan jiwa bagi manusia dan akan membiasakannya untuk selalu
cinta kepada kebaikan bagi masyarakat.
B. Sifat-Sifat
Pendidik
Setiap pendidik diwajibkan untuk memiliki sifat-sifat
seorang pendidik yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Diantaranya
adalah: (1) sifat lemah lembut dan kasih sayang; (2) mengembalikan ilmu kepada Allah; (3) memperhatikan keadaan
peserta didik; (4) berlaku dan berkata jujur.[5]
Sementara menurut Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat dalam bukunya pengembangan guru profesional
menyebutkan bahwa setiap guru harus memiliki beberapa sifat diantaranya: (1) bersikap
zuhud, dan mengajar hanya mencari keridhaan Allah SWT; (2) bersih atau suci
baik jasmani maupun rohani; (3) ikhlas dalam bekerja; (4) pemaaf; (5) menjaga
diri dan kehormatan; (6) mencintai peserta didik; (7) memahami karakteristik
semua peserta didik; (8) menguasai ilmu yang diajarkan.[6]
C. Macam-Macam
Metode pendidikan Islam
Metode adalah cara/alat yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal atau dengan kata lain metode adalah cara yang digunakan
untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam adalah sebagai berikut: (1) metode ceramah, yaitu metode pembelajaran
dengan cara mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan (lecturer);
(2) metode demontrasi (keteladanan), adalah metode yang efektif untuk membantu
siswa dalam mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data
yang benar; (3) metode diskusi, ialah metode pembelajaran yang menghadapkan
peserta didik pada suatu masalah; (4) metode tanya jawab (hiwar/dialog), yaitu
metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two
way traffic karena pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan
peserta didik.[7]
Sedangkan menurut Kadar Muhammad Yusuf dalam bukunya yang berjudul
Tafsir Tarbawy menyatakan bahwa ada beberapa metode yang dapat diaplikasikan
guna memudahkan dalam proses belajar mengajar, diantaranya: (1) metode Al-Hikmah,
Maw’izah al-hasanah dan al-mujadalah; (2) metode amthal; (3) metode cerita: (4)
metode Istifham (bertanya); (5) metode tawsiyah (wasiat); (6) metode karya
wisata.[8]
Menurut Bukhari Umar dalam buku Hadis Tarbawy Pendidikan dalam
Perspektif Hadis menyebutkan bahwa metode yang pernah dipakai Rasulullah dalam
proses pembelajaran adalah: (1) keteladanan/demontrasi; (2) metode pembiasaan
dan hukuman; (3) metode dialog/tanya jawab; (4) metode perumpamaan; (5) metode
ceramah; (6) metode targhib dan Tarhib; (7) metode pengulangan dan latihan; (8)
metode mauizhah.[9]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Syarat-syarat pendidik meliputi beberapa faktor, diantaranya:
pendidik harus beriman, pendidik harus berilmu, pendidik harus mengamalkan
ilmunya, pendidik harus adil, pendidik harus memilki niat yang ikhlas, dan
pendidik harus berlapang dada.
2.
Seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW, yaitu: bersifat lemah lembut dan kasih sayang, mengembalikan
ilmu kepada Allah, memperhatikan keadaan peserta didik berlaku dan berkata
jujur.
3.
Berbagai metode pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alat/cara
untuk memudahkan dalam menyampaikan materi kepada peserta didik diantaranya:
metode keteladanan (mauidzatul hasanah), metode amthal, metode cerita,
metode bertanya, metode tawsiyah dan metode karya wisata.
B.
Saran
Kami mengharapkan kritik yang membangun untuk menjadi bahan
pelajaran dan pengalaman dalam proses pembuatan makalah-makalah kedepannya.
Semoga kita semua selalu mendapatkan hal-hal baik dari apa yang kita pelajari
hari ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqalani, Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar. 1414 H/1993 M. Fath
Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari. Beirut: Dar Al-Fikr.
Hidayat, Sholeh. 2017. Pengembangan Guru Profesional.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Majid, Abdul. 2016. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. Cet V
Umar, Bukhari. 2018. Hadis Tarbawy: Pendidikan dalam Perspektif
Hadis. Jakarta: Amzah. Cet. V
Yusuf, Kadar. M. 2011. Tafsir Tarbawy. Riau: Zanafa
Publishing. Cet II
[1]Bukhari umar, Hadis Tarbawy: Pendidikan dalam Perspektif Hadis, (Jakarta:
Amzah, 2018) Cet. V, 76
[2]Bukhari Umar, Hadis Tarbawy: Pendidikan dalam Perspektif Hadis, 77
[3]Bukhari Umar, Hadis Tarbawy: Pendidikan dalam Perspektif Hadis, 80
[4]Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari, juz I,
18
[5]Bukhari Umar, Hadis Tarbawy: Pendidikan dalam Perspektif Hadis, 86
[6]Sholeh Hidayat,
Pengembangan Guru profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017),
25
[7]Abdul Majid, Strategi
Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016) cet. V, 193
[8]Kadar Muhammad
Yusuf, Tafsir Tarbawy, (Riau: Zanafah Publishing, 2011), cet II, 146
[9]Bukhari Umar, Hadis Tarbawy: Pendidikan dalam Perspektif Hadis,109
No comments:
Post a Comment